Senin, 19 September 2011

bukan keluarga impian 2

Keesokan paginya aku terbangun. Dengan mata sembab aku berjalan menuju kamar mandi. Tiba-tiba ada sesorang yang menarik tanganku, ternyata itu adalah Abangku. Diapun sama denganku, terbangun dengan mata yang seperti mata gajah, kecil dengan kantung besar dibawahnya.
stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpgKamu dengar juga pembicaraan Mama sama Ayah?” tanyanya dengan wajah penasaran.
Iya bang, Nina dengar. Abang juga ya?” tanyaku sambil berusaha menahan air mata yang hampir tumpah.
Iya dek. Udah jangan nangis. Anggap saja seperti angin berlalu. Mandi sana kan kamu hari ini sekolah.” Sahut abangku yang berusaha menutupi kesedihannya. Hari itu Abangku memang tidak sekolah karena baru saja selesai menghadapi ujian akhir nasional. Senin depan giliran aku yang akan menghadapi ujian akhir sekolah.
Selesai mandi dan bersiap-siap, aku berangkat kesekolahku dengan diantar Abangku menggunakan sepeda motornya yang dia dapatkan ketika berulang tahun yang ke 13 tahun. Selama diperjalanan aku hanya diam, kepalaku dihuni oleh pikiran tentang apa yang aku dengar tadi malam. Aku berpikir untuk menutupi semuanya dan bersikap seperti biasa, ceria dan penuh canda.
Aku seperti seseorang yang memiliki keperibadian ganda. Disekolah aku tampak ceria namuan ketika aku berada dirumah sifatku berubah menjadi sangat diam dan cendrung menyendiri.
Hari-hari setelah ku mendengar pembicaraan yang mampu merubah hidupku itu menjadi sangat suram. Aku tak lagi menganggap Ayahku sebagai orang tua yang aku hormati, melainkan seorang musuh yang sangat aku benci. Aku tak lagi menyapanya setiap ingin berangkat kesekolah atau mengelayut dipunggungnya ketika beliau pulang dari kantornya. Aku menjadi semakin dekat dengan Mamaku.
stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpgHari itu hari pemberitahuan hasil ujian akhir sekolah. Aku sangat tak bersemangat karena aku yakin nilaiku tak akan baik karena pada saat mengerjakan soal aku malah memikirkan masalah keluargaku.
Dengan lemah kuhampiri papan pengumuman. Aku mencari namaku diantara ratusan nama, aku sengaja memulai pencarianku dari deretan paling bawah. Benar saja, setelah hampir 15 menit aku memandangi papan itu barulah kutemukan  namaku. Nina aprilia damayanti dengan urutan peringkat 9. Aku tidak menyangka, soal UAS yang aku kerjakan dengan berat hati berada diposisi 9 teratas. Ada sedikit rasa senang dihatiku.
setelah melihat pengumuman yang sedikit membanggakan, aku kembali kerumah untuk memberi tahu hasil yang aku dapatkan. Tapi keadaan dirumah yang tak memungkinkan membuat aku mengurungkan niatku. Aku melihat Mamaku yang sedang menangis sambil memegangi jari telunjuk tangan kanannya yang ternyata terluka.
“ tangannya kenapa Ma?” tanyaku sambil melihat tangan Mamaku yang sangat aku cintai .
“ gakpapa kok sayang, tadi kena pisau waktu masak.” Jawab Mamaku berbohong. Aku tak menanyakan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar