Senin, 19 September 2011

bukan keluarga impian 3

Aku tak menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, aku bergegas mengambilkan kotak P3K yang ada dilemari. Segera kubersihkan luka itu dan mengobatinya.tanpa menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpg
Bandar Lampung, 23 September 2009.

Aku bukan lagi siswi sekolah dasar,sekarang aku adalah siswi berseragam putih biru disebuah SMPN favorit di Bandar Lampung. Seraya dengan tumbuh kembang tubuhku, pemikiranku pun ikut berkembang. Akau tak lagi memikirkan masalah di keluargaku, yang kepikirkan hanyalah bagaimana aku tetap bisa bersekolah dan menjadi orang sukses nantinya. Dengan satu tujuan yang kuat yaitu menjamin kehidupan Mama dan Adikku langkah kakiku semakin yakin bahwa tanpa Ayah aku tetap mampu menjadi seseorang yang berguna.
Ayahku meninggalkan kami dan memilih tinggal bersama isteri barunya 2 tahun yang lalu. Semua kebutuhan keluarga tak lagi dipikul oleh kedua orang tuaku, sekarang hanya Mama yang membiayai hidupku. Sebagai seorang guru yang penghasilannya tidak terlalu besar Mama berusaha mencukupi kebutuhan kami semua. Aku sangat bangga kepada Mamaku, beliau tetap tegar walau telah menghapadi masa-masa pahit.
          2 tahun kemudian……………
          Aku diterima disebuah SMAN yang termasuk kedalam golonggan SMA elite. Aku berpikir 1000 kali sebelum memutuskan untuk mengenyam pendidikan disekolah mahal itu. Aku memikirkan bagaimana akua akan membayar uang sekolahku yang mungkin 5 kali lipat dari SMA biasa. Sekarang Abangku menuntut ilmu di Universitas Indonesia yang biayanya tak sedikit. Cukup untuk membuat Mamaku merogoh kantong dalam-dalam.
stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpg          Aku bersekolah di sekolah itu dengan biaya sendiri. Aku mendapatkan uang untuk membantu Mamaku dari kerja part time disebuah toko pakaian di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup terkenal. 1bulannya aku diberi upah sebesar Rp. 800.000 cukup untuk membiayai segala kebutuhanku sehingga Mamaku tak lagi harus menyiapkan uang untuk membayar sekolahku. Sedangkan Abangku membiayai kuliahnya dari upah sebagai asisten dosen, itupun mampu mengurangi pengeluaran tiap bualannya.

          Hari itu sangat panas, matahari seolah sedang menantang manusia. Rasanya kulitku hampir terbakar. Aku sampai didepan rumahku yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah.
          “assalamualaikum.” Aku memasuki pintu rumah yang tidak ditutup, ternyata sedang ada tamu. Aku sangat mengenal tamu itu. Ya benar dia adalah Ayahku.
          “untuk apa laki-laki itu datang kemari?” tanyaku dalam hati. Aku berlalu dengan santai dihadapannya.
          “ Nina udah pulang? Anak Ayah sudah besar ya, cantik lagi.” Dia ber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar