Senin, 19 September 2011

curahan hati sahabat kecilku

Hari itu Dia datang kerumahku pagi-pagi sekali, belum sempat aku membuka mata Dia telah berada sisampingku dan memelukku. aku sangat terkejut dengan kedatangannya, tak biasanya Dia datang kerumahku pagi-pagi.
Ku coba menenangkan tangisnya, Aku belum memiliki keberanian untuk bertanya mengapa Ia menangis, kuharap tak ada masalah yang begitu berarti terjadi padanya.
Dia adalah sahabatku, dulu waktu Kami masih sama-sama kecil Kami sering bermain bersama berkeliling rumah sambil membawa boneka kesayangan Kami. Namanya Restyani, dengan singkat Aku memanggilnya Eti. Ayahnya seorang pegawai swasta dan Ibunya hanya seorang Ibu rumah tangga.
Dulu Aku selalu iri dengan keluarganya yang begitu bahagia, setiap hari selalu terlukis dengan manis senyum diwajahnya, selulu ada hal yang ingin Dia ceritakan kepadaku tentang apa yang dilakukan keluarganya ketika kumpul untuk bercengkrama setiap malam hari.
Sekarang semua cerita indahnya berubah menjadi cerita yang mengerikan, bukan lagi dengan tawa atau senyuman ku balas ceritanya melainkan dengan air mata yang jatuh dengan sendirinya. kini tak ada lagi iri dihatiku yang tertulis hanya kata kasihan setiap aku melihat keluarganya. Dia mulai bercerita, sebelumnya Dia memosisikan badannya tepat didepanku sambil memeluk bantal tidurku.
“Kalau aku bisa memilih aku tak akan mau hidup dalam keluarga yang seperti ini. Ayahku menikah lagi dan kakakku berubah menjadi seorang yang amat sulit diatur. Ntah  bagaimana kronologi kejadiannya sehingga keluargaku yang sebelumnya harmonis menjadi begitu berantakan. Tak lagi tercipta kebahagiaan diantara kami sejak kehadiran mantan pacar ayahku dulu, wanita itu memang perusak, aku sangat membenci dia, rasanya ingin sekali kucakar wajahnya dan kusiram tubuhnya degan air keras, tapi aku tak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar