Senin, 19 September 2011

bukan keluarga impian

stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpg 
          Seperti biasa aku tidur bersama dengan Ayah, Mama, dan juga Adikku yang baru berusia 2 tahun. Aku terbangun dari tidurku yang sangat nyenyak, bukan karena suara kokokan ayam tapi karena suara yang bersumber dari ruang keluarga. Aku mengenal suara itu, tapi aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Kulihat Ayah dan Mamaku tak lagi ada di ranjang yang sama denganku.
Sambil kuusap mataku dengan tangan, kuinjakan kaki ke lantai dan kutuntun kakiku untuk mendekati pintu. Kubuka sedikit pintu kamar dan kucoba mengintip apa yang terjadi di luar. Ternyata Ayah Dan Mamaku sedang duduk di ruang keluarga.
          Siapa Linda itu yah?” mamaku bertanya pada Ayahku yang sejak tadi hanya memegangi handphonenya tak mampu menjawab pertanyaan Mamaku.
          “Siapa yah? Kenapa dia panggil ayah dengan kata-kata mesra?” Tanya Mamaku lagi, kali ini sambil meneteskan air mata.
          Bukan siapa-siapa. Hanya salah kirim.” Jawab Ayahku singkat.
          Siapa dia? Selingkuhan Ayah?iya?” Mamaku terus bertanya seolah tak puas dengan jawaban Ayahku.
          Jangan bicara kuat-kuat nanti anak-anak dengar.” Sahut Ayahku lantang.
stock-photo-summer-fun-sweet-little-girl-blowing-dandelion-on-the-meadow-23954992.jpg          Biar. Biar anak-anak tau gimana perbuatan Ayahnya.” Jawab Mamaku dengan nada suara yang mulai meninggi.
          Terserah Mama lah!” sahut Ayahku dengan suara yang mulai meninggi juga.
          Air mataku bercucuran tanpa aku sadari, ternyata air mataku membuat lantai tempatku berdiri menjadi basah. Ku sadari Mamaku menuju ke kamar tidur. Aku terkejut dan langsung menyeka air mataku dengan handuk yang tergantung dipintu kamar.
          “ Nina kenapa nak?” Tanya Mamaku penasaran.
Gak kenapa-kenapa kok Ma, Cuma mimpi buruk.” Aku terpaksa berbohong karena aku tak ingin Mamaku bertambah sedih. Ternyata Mamaku tau kalau aku berbohong. Dia langsung memeluk tubuhku.
“ Nina gak boleh bohong sama Mama. Nina dengar semuanya kan?” Tanya Mamaku sambil berusaha menahan tangisnya.
Iya ma, maafin Nina, tadi Nina gak sengaja dengar ma.” Jawabku sambil menangis dan memeluk erat tubuh Mamaku.
Gakpapa sayang, sudah sewajarnya kamu tau bagaimana Ayahmu. Sudah sana kamu tidur lagi.” Aku menuruti perintah Mamaku. Tetapi bayangan kehancuran keluargaku menjadi momok yang menakutiku hingga terbawa kealam mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar